Cerita Rakyat Sangkuriang, Legenda Asal Jawa Barat

Foto: Buku Dayang Sumbi yang Pintar

Cerita Sangkuriang adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Cerita ini berkaitan dengan Tangkuban Perahu, salah satu gunung aktif di Jawa Barat.

Kisah Sangkuriang dipercaya sebagai penyebab utama munculnya gunung Tangkuban Parahu. Kisah ini menceritakan kegagalan seorang pria bernama Sangkuriang untuk meminang seorang wanita bernama Dayang Sumbi.

Cerita rakyat Sangkuriang mengandung pesan moral agar tetap berpegang teguh pada nilai moral yang ada di masyarakat. Mengapa demikian? Untuk lebih jelasnya, simak cerita Sangkuriang di bawah ini.

Cerita Rakyat Sangkuriang

Dikutip dari buku 60 Management Gems yang ditulis oleh AB Susanto, cerita Sangkuriang adalah cerita tentang orang yang melakukan sesuatu yang bukan-bukan dalam keluarga sendiri. Mestinya, dongeng dan cerita rakyat itu diubah akhirnya agar positif dan mendorong masyarakat berprestasi.

Meskipun demikian, kisah ini memiliki sejumlah pesan moral yang dapat diambil. Mengutip dari buku Bahasa Indonesia untuk SD dan MI Kelas 5 terbitan Gramedia, berikut kisah Sangkuriang:

Ilustrasi Sangkuriang dan Tumang. Foto: PPIP Bandung
Ilustrasi Sangkuriang dan Tumang. Foto: PPIP Bandung

Pada zaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Dia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.

Anak tersebut sangat gemar berburu dia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.

Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka, anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan.

Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada Ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu.

Tanpa sengaja dia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Dia sangat kecewa dan pergi mengembara.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Dia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Dia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.

Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total.

Di sana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya.

Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya. Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Dia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya.

Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau.

Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Dia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian dia mencari upaya untuk menggagalkan lamaran Sangkurian.

Dia mengajukan dua buah syarat. Pertama, dia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Yang kedua, dia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu.

Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing. Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya dia mengerahkan makhluk-makhluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu.

Ilustrasi Dayang Sumbi mengintip pekerjaan Sangkuriang. Foto: PPIP Bandung
Ilustrasi Dayang Sumbi mengintip pekerjaan Sangkuriang. Foto: PPIP Bandung

Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutera merah di sebelah timur kota.

Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah selesai. Dia pun menghentikan pekerjaannya. Dia sangat marah oleh karena itu berarti dia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.

Dengan kekuatannya, dia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Dia pun kemudian menendang perahu besar yang dibuatnya.

Perahu itu melayang dan jatuh, menjadi sebuah gunung di bagian utara kota Bandung sekarang, yang bernama “Tangkuban Perahu".

Komentar